Kamis, 23 Juli 2020

perbedaan sakit kepala akibat migrain dengan covid19




  Jumlah kasus dan korban jiwa akibat virus corona terus bertambah di berbagai negara di dunia. Seiring perkembangan, gejala-gejala yang tampak pada penderita Covid-19 juga semakin luas. Umumnya orang yang terinfeksi virus corona mempunyai gejala yakni demam, sesak napas, batuk, flu dan dapat juga tidak tampak gejalanya.

  Baru-baru ini ditemukan bahwa orang yang terinfeksi virus corona mengalami keluhan sakit kepala seperti migrain. Sebenarnya, sejak masa karantina ini orang pada umumnya mengalami sakit kepala akibat kurangnya aktivitas selama di rumah dan berbagai permasalahan yang disebabkan masa pandemi ini.

   Hanya saja sakit kepala migrain pada pengidap corona umumnya digambarkan sebagai sensasi yang sangat berat dan seperti meremas kepala. Biasanya sakit kepala ini terasa semakin buruk karena disertai demam dan batuk. Pengidap “langganan” migrain mungkin bisa merasakan perbedaan antara migrain yang umum dengan migrain akibat corona. Namun, bagaimana orang yang belum pernah mengalami migrain tahu perbedaannya?

 

Sakit Kepala Migrain Akibat Corona

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala corona yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Namun, beberapa pengidap mungkin juga mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, dan diare. Sakit kepala seperti migrain bukanlah gejala umum dari infeksi virus corona, hanya saja 14 persen orang yang terinfeksi corona pernah mengalaminya. Seiring dengan berjalannya waktu, gejala sakit kepala hebat ini cukup banyak dialami oleh pengidap corona.

Mengapa penyakit pernapasan bisa menyebabkan sakit kepala? Banyak virus, dari yang menyebabkan flu biasa hingga flu yang menyebabkan corona, menyebabkan tubuh merespons dengan cara menghancurkan infeksi. Salah satu cara tubuh menanggapi virus adalah dengan cara sel-sel kekebalan melepaskan protein (sitokin) yang menyebabkan peradangan, demam, dan kelelahan. Bersamaan dengan reaksi tersebut, maka sakit kepala seperti migrain bisa saja muncul.

Sebuah penelitian observasional pada lebih dari 100 orang terinfeksi virus corona menunjukkan bahwa sakit kepala dapat terjadi selama fase presimtomatik atau gejala COVID-19. Rasa sakit tersebut dapat menyerupai ketegangan kepala atau sakit kepala migrain.

Sakit kepala ini terjadi dalam periode gejala yang lebih pendek, sementara sakit kepala dan anosmia (kehilangan indra penciuman) dikaitkan dengan periode yang membutuhkan rawat ini dengan jangka waktu yang pendek. Beberapa ditemukan bahwa sakit kepala tetap bertahan, bahkan setelah gejala COVID-19 diatasi.


Sakit dengan Gejala Migrain

Para peneliti juga mencatat bahwa memahami patofisiologi sakit kepala pada COVID-19 dapat meningkatkan pemahaman tentang migrain dan gangguan sakit kepala lainnya. Untuk itu kamu juga perlu memahami seperti apa gejala migrain pada umumnya. Gejala migrain biasanya bertahap dalam empat fase, meski mungkin tidak semua pengidap migrain akan mengalami keempat tahapan ini. Empat fase gejala migrain yaitu:

  • Fase Prodromal. Fase ini terjadi pada satu atau dua hari sebelum migrain terjadi. Pada fase ini kamu akan mengalami suasana hati yang berubah-ubah, memiliki keinginan untuk mengonsumsi suatu makanan, kaku pada leher, jadi sering menguap, konstipasi, rasa haus datang lebih sering, dan sering muncul keinginan untuk buang air kecil.
  • Fase Aura. Fase ini terjadi sebelum atau selama migrain berlangsung. Gejalanya yang dirasakan seperti gangguan penglihatan, seperti melihat kilatan cahaya, dan pandangan menjadi kabur. Selain itu pengidap juga dapat mengalami gangguan verbal sensorik dan motorik. Gejala biasanya terjadi secara perlahan, kemudian berkembang dan bertahan selama 20-60 menit.
  • Fase Sakit Kepala. Inilah fase saat migrain yang sesungguhnya terjadi, biasanya berlangsung selama 4-72 jam. Gejala yang muncul biasanya sakit kepala pada satu sisi (bisa kanan, kiri, depan, belakang, atau pelipis). Rasanya seperti berdenyut atau kesemutan, pandangan menjadi kabur, pusing, mual dan muntah, sensitif terhadap cahaya, suara, penciuman, dan sentuhan.
  • Fase Resolusi. Ini adalah fase terakhir dari migrain, terjadi setelah sakit kepala migrain menyerang. Fase ini terjadi sekitar 24 jam setelah serangan migrain. Gejalanya meliputi perubahan suasana hati, sakit kepala ringan, kelelahan, dan sensitif pada cahaya dan suara.

Itulah perbedaan gejala antara sakit kepala migrain dengan sakit kepala akibat corona yang perlu kamu ketahui. Jika kamu ragu pada gejalanya saat mengalami, sebaiknya segera bicarakan pada dokter. Tidak perlu khawatir, sekarang ada banyak aplikasi untuk konsultasikan kesehatanmu dengan dokter secara online. Kamu bisa menggunakan beberpa aplikasi yang kamu rasa cocok yah..

Salam sehat untuk kita semua

 

Referensi :

Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Migraine.

Health. Diakses pada 2020. Is a Headache a Symptom of Coronavirus? Here's What Experts Say.

Halodoc. Diakses pada 2020. Harus Tahu, Ini Bedanya Sakit Kepala Akibat Migrain dan Corona

 

Iga rahmah (C1G017085).

Rabu, 22 Juli 2020

Adaptasi Kebiasaan Baru di Pasar Saat Pandemi

Tempat yang ramai dan cenderung tertutup juga memiliki risiko penyebaran Covid-19 yang tinggi. Pasar, misalnya. Kini panduan mengenai protokol kesehatan di pasar sudah diatur oleh permenkes dan regulasi daerah masing-masing agar ditaati oleh pengelola, pedagang, pekerja, dan pembeli.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional P2P Covid-19 Reisa Broto membagikan tips menghindari paparan Covid-19 saat di pasar. Bagi pembeli, susun daftar belanja dan cari informasi tentang barang dan pedagang yang ingin didatangi di pasar. Pembeli juga dapat membawa tas belanja sendiri dari rumah.

Saat di pasar, pembeli harus membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun minimal selama 20 detik. Juga, memakai hand sanitizer terutama setelah selesai bertransaksi. Usahakan juga jangan menyentuh area wajah dengan tangan yang belum dapat dipastikan kebersihannya. Sebab, ini dapat mengantar virus ke saluran pernapasan.

Kalau ada pembayaran via digital, ia menyarankan agar sebaiknya digunakan. Apabila belum ada, maka dapat menyediakan tempat khusus untuk meletakan uang.

Protokol kesehatan lainnya yang tak boleh dilewatkan juga yaitu, memakai masker. Bila perlu, membawa masker lebih untuk jaga-jaga atau untuk menawarkan orang lain yang tidak menggunakan masker.

Selain itu, agar tak terlalu sering ke luar rumah, masyarakat dapat mengatur waktu kunjungan ke pasar seefektif dan seefisien mungkin.

Bagi pengelola pasar, pemeriksaan suhu tubuh juga perlu untuk mendeteksi orang yang kurang sehat. Reisa mengatakan, jika suhu tubuh melebihi 37,3 derajat Celsius, maka sebaiknya tidak ke luar rumah dan pastikan beristirahat dan memulihkan kesehatan sebelum kembali ke luar rumah.

Di pasar, arah berjalan hanya satu arah. Reisa meminta agar semua orang disiplin mengikuti petunjuk arah dan pesan di alat peraga, juga menjaga jarak saat di dalam pasar. Begitu juga dengan perlunya penyediaan dua jalur tangga untuk yang naik dan turun. 

Penerapan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di pasar membutuhkan peran pengelola pasar dan aparat dalam penertiban kedisiplinan masyarakat pasar.

Pasar yang sehat dan aman Covid-19 seharusnya menerapkan sosialisasi dan edukasi yang dapat dilakukan dengan surat pemberitaan, spanduk, poster, atau sms blast, atau materi pesan lainnya.

Cr: alinea.id

Senin, 20 Juli 2020

Cara Pencegahan Penyebaran Virus Corona ditengah Meningkatnya Angka Positif Covid-19

Lindungi diri dan orang lain di sekitar Anda dengan mengetahui fakta-fakta terkait virus ini dan mengambil langkah pencegahan yang sesuai. Ikuti saran yang diberikan oleh badan kesehatan publik lokal Anda.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19:
 · Bersihkan tangan Anda secara rutin. Gunakan sabun dan air, atau cairan pembersih tangan berbahan alkohol.
 · Selalu jaga jarak yang aman dengan orang yang batuk atau bersin.
 · Jangan sentuh mata, hidung, atau mulut Anda.
 · Saat Anda batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan lengan Anda atau tisu.
 · Tetaplah di rumah jika Anda merasa tidak enak badan.
 · Jika Anda demam, batuk, atau kesulitan bernapas segera cari bantuan medis. Hubungi terlebih dahulu.
 · Ikuti arahan otoritas kesehatan lokal Anda.

Menghindari kunjungan yang tidak diperlukan ke fasilitas medis memungkinkan sistem kesehatan beroperasi dengan lebih efektif. Tindakan ini akan melindungi Anda dan orang lain.

Cr: BNPB

Minggu, 19 Juli 2020

Meningkat selama corona, hati-hati dengan syndrome patah hati




   Syndrome patah hati berbeda loh dengan patah hati. Patah hati terkesan identic dengan rasa kecewa dengan pasangan atau putus cinta, sedangkan Syndrome patah hati tidak hanya disebabkan karena kondisi patah hati putusnya percintaan, namun bisa jua dipicu oleh tekanan emosional atau fisik yang berat. Seperti rasa duka yang mendalam, amarah yang berlebihan atau terlalu terkejut.

   Menurut data kesehatan yang dipublikasikan science Daily disebutkan bahwa terjadi peningkatan pengidap syndrome patah hati selama pandemic covid-19. Syndrome patah hati atau stress kardiomiopati terjadi sebagairespon terhadap tekanan fisik atau emosional yang menyebabkan disfungsi atau kegagalan pada otot jantung. Corona telah membuat banyak orang mengalami stress baik dari sisi kesehatan, masalah ekonomi, sosial, sampai mental, seperti kesepian dan isolasi. Stress memicu tekanan pada otot jantung, salah satunya mengakibatkan syndrome patah hati. Simak penjelasannya yah…

Apasih syndrome patah hati itu?

Syndrome patah hati sebenarnya adalah gangguan sementara pada jantung akibat kondisi sress. Hal ini disebabkan otot jantung gagal berfungsi sempurna. Meski tergolong faal, namun umumnya kondisi ini hanya sementara.

Gejala syndrome patah hati
 
Lonjakan hormone stress, seperti adrenalin dapat merusakjantung. Lonjakan hormone ini dapat memicu penyempitan arteri besar dan arteri kecil. Umumnya, syndrome patah hati ini sering didahului dengan peristiwa fisik atau emosional yang intens.

Heart.org mencatat tanda dan gejala syndrome patah hati yang paling  umum adalah angina (nyeri dada) dan sesak nafas. Aritma (detak jantung tidak teratur) dan syk kardiogenik. Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung tiba-tiba melemah sehingga tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak segera diobati.

Perlu diketahui jika gejala syndrome patah hati berbeda dengan serangan jantung. Pada syndrome patah hati, gejala muncul tiba-tiba setelah tekanan emosional atau fisik yang ektrem. Berikut ini beberapa perbedaan lainnya :

  • Hasil EKG (tes yangmencatat aktivitas listrik jantung) tidak terlihat sama dengan hasil EKG untuk seseorang yang mengalami serangan jantung.
  • Tes darah tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan jantung.
  • Pemeriksaan tidak menunjukkan tanda-tanda penyumbatan di arteri coroner.
  • Tes menunjukkangerakan balon dan jantunng bilik kiri bawah yang tidak biasa (ventrikel kiri).
  • Waktu pemulihannya cepat, biasanya dalam beberapa hari atau minggu (dibandingkaan degan waktu pemulihan  sebulan atau lebih untuk serangan jantung).
  • Beberapa penelitian juga menemukan, stress yang sangat berat dpat menyebabkan ketegangan dan penyepitan arteri coroner sesaat. Selain itu, meski jarang terjadi, konsumsi obat tertentu seperti obat untuk menangani alergi, asma dan depresi, dapat pula menyebabkan syndrome patah hati.
Perempuan lebih beresiko
Sindrom ini dapat menyerang siapa saja, bahakan saat kamu sedang sehat. Meski dapat terjadi pada siapapun, ada orang-orang yang lebih beresiko mengalami syndrome ini, yaitu :
Perempuan
  1. Berusia lebih dari 50 tahun.
  2. Sedang atau pernah mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan.
  3. Memiliki riwayat gangguan saraf, seperti epilepsy ataupun cedera kepala.

Pencegahan syndrome patah hati
 
Pencegahan syndrome patah hati bisa dilakukan dengan cara manajemen stress ddan teknik relaksasi yang dapat membantu meningkatkan kesehatan psikologis dan fisik. Penting juga uuntuk menghindari pilihan buruk dalam mengelola stress seperti alcohol, makan berlebihan, penggunaan obat-obatan dan merokok. Hal –hal ini bukanlah solusi permanen dan justru bisa menyebabkan masalah kesehatan tambahan.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan aktivitas yang bisa membantu mengelola stress pada akhirnya bisa membantu pencegahan syndrome patah hati. Berikut rekomendasinya :
  1. Olahraga. Aktivitas fisik adalah suatu kegiatan penting yang bisa dilakukan untuk pencegahan stress. Manfaat yang bisa didapatkan saat berolahraga secara teratur adalah mengurangi kecemasan. Olahraga menurunkan hormone stress dan membantu melepaskan endosfin yang dapat meningkatkan kualitas tidur. Berolahraga secara teratur juga dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan mental.
  2. Mengurangi asupan kafein. Kafein adalah stimulant yang dapat meningkatkan kecemasan bila diminum terlalu sering. Setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda seberapa banyak kafein yang ditoleransinya. Jika kamu perhatikan, jika konsumsi kafein membuat gelisah atau cemas, sebaiknya pertimbangkan untuk mengurangi kafein.
  3. Menghabiskan waktu bersama orang-orang tersayang. Dukungan sosial dari teman dan keluarga serta orang-orang yang disayangi dapat membantu melewati masa-masa penuh tekanan seperti pandemic covid saat ini. Menghabiskan waktu bersama teman dan orang-orang tersayang dapat membantu melepaskan oksitosin sebagai pereda stress alami.
  4. Mendengarkan music atau menonton film komedi. Menonton film komedi ataupun mendengarkan music yag slow dan menenangkan dapat membanntu untuk rilexs. Menonton film komedi dapat menghilangkan respon stress dan tertawa juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan suasana hati. Cobalah menonton film lucu atauppun mendengarkan music yang kamu senangi untuk membangkitkan mood positif.
Tetap jaga kesehatan di situasi pandemic covid-19 ini, jika membutuhkan informasi yang lebih jelas masalah kesehatan khususnya diera ini, disarankan untuk bertanya langsung dengan dokter atau tenaga medis yang ahli dibidangnya dan akan berusaha memberikan solusi terbaik. Tidak perlu khawatir, penggunaan aplikasi berbasis pelayan kesehatan telah banyak diterapkan seperti halodoc. Sehat pedia dan sebagainya. Semoga kita semua selalu terlindngi dari virus corona ini.


Referensi 
Heart.org. Diakses pada 2020. Is Broken Heart Syndrome Real?
Heatline. Diakses pada 2020. 16 Simple Ways to Relieve Stress and Anxiety.
Halodoc. Diakses pada 2020. Meningkat Selama Corona, ini Pencegahan Sindrom Patah Hati.


Iga Rahmah (C1G017085)
#KKNKebencanaanunram2020
#KKNtanggapcovidunram







Jumat, 17 Juli 2020

Fakta New Normal Saat Pandemi Covid-19

Beberapa fakta new normal saat pandemi COVID-19:

1. Apa maksudnya new normal?
New normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait.

"Badan bahasa sudah memberikan istilah Indonesianya yaitu Kenormalan Baru. Kata Normal sebetulnya dalam bahasa Inggris sudah dijadikan nomina makanya jadi New Normal. Badan bahasa kemudian membuat padanannya menjadi Kenormalan. Karena kalau normal itu adjektiva kata sifat, jadi Kenormalan Baru," kata ahli bahasa Prof. Dr. Rahayu Surtiati Hidayat dari Universitas Indonesia.

2. New normal vs corona
Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman sempat menyatakan, virus corona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang lama. Karena itu, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus corona.

"Artinya berdampingan itu ya kita bisa aja musuhan sama siapa, tapi jalan bersama-sama itu bisa. Tapi kalau damai, ya itu istilah aja sih, tapi mungkin dari sudut virologi, istilah berdampingan itu lebih dapat dipraktikkan ya," kata Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio.

Manusia punya sejarah dan pengalaman hidup berdampingan dengan mikroba seperti virus influenza, HIV, dan demam berdarah. Menurut Prof Amin yang perlu dilakukan adalah mengenali virus tersebut untuk bisa mencegah penularannya.

3. Life with new normal
Presiden Jokowi telah meminta seluruh jajarannya mempelajari kondisi lapangan untuk mempersiapkan tatanan normal yang baru di tengah pandemi COVID-19. Saat ini sudah ada 4 provinsi serta 25 kabupaten/kota yang tengah bersiap menuju new normal.

"Saya minta protokol beradaptasi dengan tatanan normal baru ini yang sudah disiapkan oleh Kementerian Kesehatan ini disosialisasikan secara masif kepada masyarakat," kata Jokowi.

Penerapan new normal nantinya bersamaan dengan pendisiplinan protokol kesehatan yang dikawal jajaran Polri dan TNI. Selanjutnya, tatanan normal yang baru akan diperluas jika dinilai efektif.

4. Protokol new normal
Organisasi kesehatan dunia WHO telah menyiapkan pedoman transisi menuju new normal selama pandemi COVID-19. Dalam protokol tersebut, negara harus terbukti mampu mengendalikan penularan COVID-19 sebelum menerapkan new normal.

Pengendalian ini juga harus bisa dilakukan di tempat yang memiliki kerentanan tinggi misal panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan wilayah dengan banyak penduduk. Langkah pengendalian dengan pencegahan juga harus diterapkan di tempat kerja.

"Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja mulai ditetapkan seperti jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan etika pernapasan," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Henri P Kluge dikutip dari situs resmi lembaga kesehatan dunia tersebut.


Cr: m.detik.com (Detik News)

Rabu, 15 Juli 2020

Mengenal New Normal

Definisi new normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.


Protokol New Normal dari Kemenkes

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan dunia usaha dan masyakat pekerja memiliki kontribusi besar dalam memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi pekerja dan besarnya mobilitas, serta interaksi penduduk umumnya disebabkan aktivitas bekerja.

"Tempat kerja sebagai lokus interaksi dan berkumpulnya orang merupakan faktor risiko yang perlu diantisipasi penularannya," katanya, seperti dikutip situs web Kemenkes.

Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-19 telah menyatakan, PSBB dilakukan salah satunya dengan meliburkan tempat kerja. Namun dunia kerja tidak mungkin selamanya dilakukan pembatasan, roda perekonomian harus tetap berjalan.

"Untuk itu pasca pemberlakuan PSBB dengan kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung, perlu dilakukan upaya mitigasi dan kesiapan tempat kerja seoptimal mungkin sehingga dapat beradaptasi melalui perubahan pola hidup pada situasi COVID-19 atau New Normal,” ujarnya.

Cr: tirto.id

Rabu, 08 Juli 2020

Bagaimana meningkatkan sistem imun tubuh untuk mencegah virus corona?





Di tengah maraknya virus corona, banyak orang lebih fokus  pada wabah  penyakit ini, padahal banyak kasus flu lainnya yang juga tidak dapat diabaikan. Penyebaran virus corona yang semakin pesat dan sudah masuk di wilayah indonesia telah menyebabkan banyak orang semakin panik. Sebagian orangpun mulai berbondong-bondong membeli produk untuk pencegahan penularan virus, seperti masker dan handsanitizer.

Padahl ada beberpaa cara untuk mencegah penularan virus corona, salah satunya adalah menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan menggunakan air dan sabun. Akan tetapi, virus dan penyakit juga berkaitan dengan daya tahan tubuh seseorang. Sistem kekebalan rubuh yang lemah bisa membuat seseorang lebih rentan terinfeksi virus dan penyakit. 

Sistem kekebalan tubuh bisa rusak karena banyak hal, seperti stress, racun, kurang olahraga, dan konsumsi makanan tidak sehat. Sistem kekebalan tubuh adalah hal yang sangat penting terlebih jika untuk mencegah virus corona. Lalu, bagaimana meningkatkan sistem imun tubuh? Yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, diantaranya :

  1. Istirahat cukup : dewasa umumnya membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dan remaja sekitar 9-10 jam
  2. Perbanyak makan sayur dan buah : kandungan vitamin dan mineral sayur dan buah memperkuat sistem imun tubuh.
  3. Suplementasi (yang mengandung echinacea, buah mengkudu, daun meniran, vitamin B6, vitamin C dan E) sebagai tambahan, tetapi bukan yang utama.
  4. Rutin berolahraga : dianjurkan 30 menit setiap hari. Olahraga yang murah dan mudah seperti berjalan kaki.
  5. Hindari stress : stress yang tidak terkendali dan berkepanjangan akan meningkatkan hormon kortisol. Dalam jangka panjang hormon kortisol yang bisa menurunkan kekebalan sistem imun.
  6. Hindari rokok dan alkohol : paparan asap rokok dan alkohon secara berlebihan dapat merusak sistem imun

Saat sistem imun dalam kondisi lemah, tubuh pun akan mudah terserang penyakit. Oleh sebab itu, agar tubuh kembali kebal terhadap penyakit, sistem imun harus perlu dijaga dan ditingkatkan. 


Referensi :
- Tim PKRS RSST
- available on https://www.alodokter.com/berbagai-cara-meningkatkan-imunitas-tubuh-agar-tidak-mudah-sakit


Iga Rahmah (C1G017085)

Jumat, 12 Juni 2020

5 Macam Karantina Guna Mencegah Virus Corona

    

Hampir di seluruh dunia saat ini sedang mencoba berbagai cara pencegahan untuk memutus penyebaran virus corona Covid-19. Salah satunya adalah dengan melakukan karantina. Karantina bertujuan untuk memantau gejala dan mendeteksi dini penyakit sedini mungkin. Orang yang melakukan karantina setidaknya bisa mengurangi kans penularan virus corona ke orang lain.

Secara pengertian berkaitan dengan konteks corona, karantina bisa diartikan sebagai pengisolasian diri agar virus yang mungkin terdapat dalam tubuh manusia tidak menulari manusiannya lainnya.

Berbeda dengan keterangan dari WHO, karantina didefinisikan sebagai pembatasan kegiatan atau pemisahan orang yang tidak mengalami gangguan kesehatan, namun tetap dapat terpapar agen atau penyakit menular.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, terdapat beberapa jenis karantina yang dapat dilakukan oleh Pemerintah. Berikut merupakan rangkuman dari beberapa jenis karantina yang diterapkan di Indonesia:

1. Isolasi Diri

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, isolasi diri bertujuan untuk memantau kesehatan diri sendiri dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari terjadinya penularan penyakit.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ketika sedang melakukan isolasi diri yaitu antara lain tidak berinteraksi secara langsung dengan orang lain, menjaga kebersihan lingkungan sekitar, hindari berbagi barang pribadi dengan orang lain, menggunakan ruang terpisah dengan orang lain, menjaga jarak minimal 1 meter, melakukan observasi gejala, dan jika perlu hubungi tenaga medis apabila muncul gejala penyakit yang berlanjut.

2. Karantina Rumah

Karantina rumah dilakukan agar dapat menekan penyebaran virus corona yang dilakukan dalam satu rumah. Hal ini berarti melakukan isolasi diri beserta benda-benda yang disinyalir dapat menularkan virus corona.

Dalam hal ini, orang lain tidak dapat berinteraksi secara langsung pula dengan orang yang terduga terinfeksi virus corona ataupun dengan benda-benda yang telah digunakan. Sebab, virus corona tersebut dapat hidup pada permukaan benda seperti logam, alumunium, kayu, kaca, dan plastik selama beberapa hari.

Kebutuhan untuk bersosialisasi tetap dapat dilakukan menggunakan sambungan telepon atau internet. Hindari berinteraksi sosial secara langsung apabila belum dinyatakan bebas dari virus corona.

3. Karantina Rumah Sakit

Jenis karantina ini memungkinkan adanya tindakan medis secara langsung oleh tenaga medis di rumah sakit. Tindakan ini dilakukan untuk mengobati pasien terinfeksi sekaligus mencegah penyebaran virus corona pada orang lain di sekitar pasien tersebut seperti keluarga dan kerabat.

Saat ini, karantina rumah sakit merupakan hal yang wajib dipertimbangkan mengingat terjadinya ketimpangan kasus positif virus corona dengan fasilitas medis yang ada. Melakukan tindakan pencegahan diri untuk memutus mata rantai penyebaran virus adalah tanggung jawab dari setiap individu di seluruh dunia.

4. Karantina Fasilitas Khusus

Karantina dengan fasilitas khusus adalah jenis karantina yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Karantina fasilitas khusus dilakukan dengan fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi orang yang terduga terinfeksi virus corona.

Jenis karantina ini merupakan langkah alternatif bagi Pemerintah apabila fasilitas kesehatan sudah tidak cukup dan mampu untuk menampung orang yang memiliki gejala dan riwayat kontak secara langsung dengan pasien positif virus corona.

Alternatif ini dilakukan di fasilitas yang dikelola khusus untuk menangani virus. Dapat dilakukan di tempat-tempat yang luas seperti asrama haji, wisma, hotel, ataupun tempat-tempat lain yang dirasa layak untuk dijadikan rumah sakit darurat untuk menangani virus pandemi.

Selain itu, fasilitas ini tetap diawasi oleh pihak-pihak yang terkait dan berwenang di bidangnya seperti Lembaga atau Kementerian, Pemerintah Daerah setempat antara lain Badan Penanggulangan Bencana Daerah, TNI, Polri, Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan lain sebagainya.

Fasilitas ini mendapatkan pembiayaan dan di bawah naungan langsung oleh Pemerintah di bawah naungan Kementerian, Gubernur, Walikota, ataupun Bupati yang memiliki wewenang urusan di wilayah fasilitas kesehatan darurat tersebut.

5. Karantina Wilayah

Jenis karantina yang terakhir ini merupakan pertimbangan yang dilakukan oleh sebagian besar pihak apabila dirasa virus corona telah melumpuhkan suatu daerah. Di sisi lain, pihak yang berwenang juga perlu mempertimbangkan kembali apabila karantina wilayah ini menjadi suatu kebijakan yang diambil.

Sebab, karantina wilayah berarti juga mengisolasi suatu wilayah agar situasi dan kondisi pada suatu wilayah tersebut dapat dipantau. Dengan mengendalikan pintu masuk dan keluar, maka karantina ini dirasa dapat menekan laju penyebaran virus corona.

Karantina ini sangat diperlukan di daerah episentrum virus. Semua jenis kegiatan yang ada di suatu wilayah tersebut wajib dihentikan untuk sementara waktu.Pihak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan karantina wilayah ini adalah pimpinan daerah episentrum virus yang tentu berkoordinasi dengan pimpinan daerah lainnya serta pimpinan pusat.

Beberapa contoh wilayah yang telah melakukan karantina wilayah ini adalah Wuhan, China. Otoritas wilayah Wuhan sempat menghentikan sementara waktu seluruh kegiatan yang berada di wilayah tersebut untuk mengendalikan virus corona.

Sebagai akibatnya, masyarakat setempat dilarang untuk masuk dan keluar di wilayah tersebut pada kurun waktu yang cukup lama hingga terjadi penurunan kasus positif virus corona pada beberapa minggu yang lalu.


Cr: Liputan6


Mega Sarita (A1A017084)

Rabu, 10 Juni 2020

Mengelolah Stress Akibat COVID19




BAGAIMANA SIH MENGELOLAH STRESS KARENA COVID??

Maraknya pemberitaan tentang menyebarnya virus corona Covid-19, membuat seluruh warga Indonesia merasa panik hingga stres. Meski begitu, merasa stres, panik, sedih, bingung, takut, dan marah adalah hal yang normal. Terlebih pada situasi krisis seperti saat ini.

Menurut World Health Organization, Ada banyak cara sederhana dan efektif untuk mengatasi  stres selama wabah virus corona (Covid-19), diantaranya :

1. Hubungi teman dan keluarga
Meski sulit bertemu secara langsung, kita bisa menghubungi teman dan keluarga melalui panggilan telepon atau video call. Hal ini baik untuk dilakukan, karena berbicara kepada orang terdekat dipercaya dapat membantu meringankan stres.

2. Tanamkan gaya hidup sehat
Beredarnya kasus virus corona (Covid-19) bukan berarti kita hanya berdiam diri di rumah. Justru kita perlu terus mempertahankan gaya hidup sehat. Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti rutin olahraga, tidur yang cukup, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, dan tetap melakukan kontak sosial dengan lingkungan sekitar.

3. Hindari merokok, minum alkohol, atau obat-obatan
Tidak sedikit orang yang memilih rokok, minum alkohol, atau mengonsumsi obat-obatan terlarang untuk mengatasi stres. Padahal hal-hal tersebut justru akan memperburuk keadaan. Untuk itu, kita bisa membicarakan tentang stres tersebut kepada petugas kesehatan atau konselor. Dengan menerapkan cara ini, selain stres jadi berkurang, kondisi tubuh juga tidak akan mengalami kerusakan atau berdampak pada kesehatan.

4. Telusuri faktanya
Kini semakin banyak beredarnya hoax tentang kesehatan. Terlebih isu virus corona (Covid-19) yang saat ini jadi perbincangan utama. Agar tidak mudah terbawa informasi hoax, World Health Organization menyarankan untuk mengumpulkan informasi akurat melalui sumber terpercaya, seperti situs web WHO.

5. Kurangi menonton atau melihat laporan berita yang dianggap menjengkelkan
Untuk mengelola stres, kita bisa melakukannya dengan membatasi menyaksikan berita yang dianggap menjengkelkan. Seperti broadcast pada aplikasi chatting yang terus menerus menyebarkan berita hoax. Selain menjengkelkan, membaca berita hoax hanya akan membodohi diri sendiri.

6. Menggambar dan Mewarnai
Menggambar atau mewarnai dikenal sebagai salah satu media yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres. Bahkan, saat ini sudah banyak buku mewarnai untuk orang dewasa. Keterampilan ini bisa membantu kita untuk mengelola stres di kala menyebarnya waba virus corona (Covid-19).


Nahh,, dengan adanya kasus virus corona Covid-19 di Indonesia, bukan berarti kita jadi bersikap lemah dan stres. Justru kita perlu mengontrol stres tersebut dan jangan membiarkan kekhawatiran tentang penyakit ini mengendalikan hidup kita.





Iga Rahmah (C1G017085)

Kamis, 04 Juni 2020

Yuk Kenali Perbedaan Flu Biasa Dan COVID-19


Akhir-akhir ini, masyarakat diselimuti kekhawatiran akibat wabah virus Corona. Pasalnya, infeksi yang menyerang sistem pernapasan ini memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, namun bisa berakibat fatal. Lantas, apa yang membedakan flu biasa dengan infeksi virus Corona atau COVID-19?

Baik flu biasa maupun COVID-19 sama-sama disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pernapasan manusia. Namun, kedua virus ini berasal dari golongan yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula.


Virus penyebab flu berasal dari golongan rhinovirus. Virus ini menyebar dari manusia ke manusia dan paling sering menyerang anak-anak atau remaja. Infeksi rhinovirus bisa terjadi sepanjang tahun, tapi paling sering di musim hujan. Sedangkan COVID-19 disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus.

Perbedaan Gejala Flu Biasa dan Infeksi Virus Corona
Berikut ini adalah perbedaan gejala flu biasa dengan gejala infeksi virus Corona atau COVID-19:


Flu biasa
Flu biasa terjadi ketika rhinovirus menyerang saluran pernapasan. Umumnya, keluhan yang muncul datang dari hidung dan tenggorokan (saluran pernapasan atas). Gejala-gajalanya adalah sebagai berikut:

  • Bersin-bersin
  • Hidung tersumbat dan berair
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala ringan
  • Batuk
  • Demam (jarang)
Gejala-gejala tersebut biasanya muncul 1–3 hari setelah terpapar virus dari orang lain yang sedang sakit.

COVID-19
Sama seperti rhinovirus, virus Corona juga menginfeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu, orang yang menderita COVID-19 bisa mengalami gejala yang mirip dengan flu. Meski begitu, virus Corona yang sekarang sedang mewabah lebih sering menyebabkan keluhan pada saluran pernapasan bawah. Virus Corona bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil atau menyusui serta bayi dan anak-anak. Munculnya gejala COVID-19 ini disebabkan oleh reaksi tubuh untuk melawan virus Corona.

Ada 3 gejala utama yang dapat muncul pada COVID-19, yaitu:

  • Demam tinggi
  • Batuk
  • Sesak napas
Pasien juga bisa mengalami nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, diare, mual, dan muntah. Namun, gejala ini jarang terjadi dan tidak khas pada pasien COVID-19.

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan komplikasi yang serius, seperti sindrom gangguan pernapasan akut, pneumonia (infeksi paru) yang berat, edema paru, dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh, misalnya ginjal. Gejala infeksi virus Corona yang berat ini lebih sering terjadi pada lansia dan orang yang memiliki kondisi medis tertentu.

Cr: Alodokter

Mega Sarita (A1A017084)

Rabu, 03 Juni 2020

Apasih Makna Sosial Distancing dan Physical Distancing ???





Apasih makna Sosial Distancing dan Physical Distancing?

Indonesia jadi satu di antara ratusan negara yang warganya terpapar virus Corona. Untuk ikut memerangi pandemi ini, Pemerintah Indonesia melakukan berbagai cara, sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kemudian, ada pula imbauan social distancing. 

Apa itu Social Distancing?
Mengacu pada arti dalam Bahasa Indonesia, social distancing diartikan sebagai pembatasan sosial. 
Mengacu pada Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia, pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah.

Sosial distancing bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit di wilayah tertentu.
Selain itu, pembatasan social juga dilakukan dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosial dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi publik.

Selain itu, pembatasan sosial penting dilakukan agar masyarakat mengurangi interaksi sosial dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun melakukan pembatasan penggunaan transportasi publik. Pembatasan sosial dalam hal ini untuk menjaga jarak fisik atau yang belakangan ini populer dengan istilah Physical Distancing.

Apa itu physical Distancing?
Untuk saat ini, physical distancing juga dapat dianggap sebagai bagian dari social distancing. World Health Organization atau WHO ingin penggunaan frasa physical distancing lebih dikedepankan.Mengacu dalam bahasa Indonesia, physical distancingdapat diartikan sebagai pembatasan fisik, dengan padanan kata jaga jarak fisik.

World Health Organization atau WHO telah menegaskan bahwa tindakan menjaga jarak fisik dan mengisolasi diri jika sedang sakit akan sangat diperlukan untuk meredam penyebaran COVID-19. Namun hal tersebut bukan berarti seseorang menjadi terisolasi dalam konteks sosial.Pemerintah meminta agar masyarakat tetap melakukan interaksi sosial seperti biasa. Namun untuk kali ini mungkin dengan cara lain yang tidak memerlukan kehadiran fisik secara langsung, semisal memanfaatkan teknologi informasi dan menggunakan media sosial.

Dengan begitu, penggunaan makna physical distancingakan lebih tepat digunakan apabila dibandingkan dengan social distancing. WHO dan negara-negara di dunia yang saat ini sedang dilanda pandemi virus Corona diharapkan untuk tetap mementingkan komunikasi sosial dengan orang-orang guna memudahkan akses penyaluran informasi-informasi penting baik kepada antar individu maupun pemerintah negaranya. Tujuannya agar wabah yang saat ini sedang melanda dunia dapat terselesaikan secara cepat, meskipun manusia diminta untuk tetap menjaga jarak agar penularan yang dapat terjadi bisa dihindari dan menekan angka infeksi akibat virus Corona.


Iga Rahmah (C1G017085)

Selasa, 26 Mei 2020

Data Kematian Virus Corona berdasarkan kelompok Usia.

Berikut rincian data tingkat kematian virus Corona di Indonesia berdasarkan kelompok usia, per 23 Mei 2020:

*1. Kelompok usia 0-5 tahun*
Kasus: 399 orang
Kematian: 10 orang
_(Tingkat kematian: *2,49 persen)*_

*2. Kelompok usia 6-17 tahun*
Kasus: 1.098 orang
Kematian: 7 orang
_(Tingkat kematian: *0,68 persen)*_

*3. Kelompok usia 18- 30 tahun*
Kasus: 4.033 orang
Kematian: 40 orang
_(Tingkat kematian: *0,99 persen)*_

*4. Kelompok usia 31-45 tahun*
Kasus: 5.829 orang
Kematian: 143 orang
_(Tingkat kematian: *2,45 persen)*_

*5. Kelompok usia 46-59 tahun*
Kasus: 5.570 orang
Kematian: 501 orang
_(Tingkat kematian: *8,99 persen)*_

*6. Kelompok usia di atas 60 tahun*
Kasus: 3.054
Kematian: 541
_(Tingkat kematian: *17,70 persen)*_

Infografis Mingguan terkait perkembangan COVID-19 di Wilayah Kecamatan Alas.

Assalamualaikum Wr. Wb
Dalam kesempatan kali ini, saya selaku peserta KKN Tematik Kebencanaan Penanggulangan COVID-19 Universitas Mataram Periode 2020 akan melaporkan terkait infografis/informasi terbaru perkembangan COVID-19 di Wilayah Kecamatan Alas (Kabupaten Sumbawa, NTB)


Dari informasi yang kami peroleh (per 26 Mei 2020) bahwa jumlah orang yang dikategorikan sebagai ODP, PDP, OTG, PPTG dan Pasien Positif adalah sebagai berikut:
*Orang Dalam Pengawasan (ODP) : 2 
*Pasien Dalam Pengawasan (PDP) : 8
*Orang Tanpa Gejala : 19
*Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala : 479
"Pasien terindikasi positif COVID-19 : 3

Informasi ini disampaikan oleh Bapak Ismu selaku perwakilan dari UPT Puskesmas Alas.

Senin, 25 Mei 2020

Sosialisasi edukasi COVID-19 kepada masyarakat dengan metode Daring.

Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Agar seluruh lapisan masyarakat memahami pentingnya pencegahan COVID-19 maka perlu bagi kita sebagai mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pemahaman COVID-19.
Salah satu metode penyebaran informasi terkait COVID-19 yang perlu dilakukan yakni melalui Media Sosial. Pemanfaatan Media Sosial sebagai sarana penyebaran informasi edukasi terkait COVID-19 dianggap penting dan perlu dilakukan agar kita dapat meminimalisir dampak dari COVID-19 ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya memanfaatkan media sosial dalam penyebaran informasi terkait COVID-19 melalui grup WhatsApp dengan tema "Perkenalan COVID-19."

SUCI RIZKI ANANDA (D1A017302)


#KKNKEBENCANAANUNRAM
#KKNUNIVERSITAAMATARAM
#KKNUNRAM2020

Kamis, 21 Mei 2020

Mengenal COVID-19 Dan Cara Mengatasinya!

 
        Belakangan ini muncul coronavirus jenis baru yang diberi nama COVID-19. Corona virus atau COVID-19 ini merupakan virus yang dapat menyebabkan gejala penyakit mulai dari ringan sampai berat. Penyebaran COVID-19 pertama sekali dilaporkan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada 31 Desember 2019 sebagai kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. 

        Penyebaran virus ini sangat cepat dan sudah banyak negara yang mengkonfirmasi warganya terinfeksi COVID-19 termasuk Indonesia, yang telah diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 bahwa sudah dua orang warga Indonesia yang terinfeksi COVID-19.

Gejala awal yang timbul akibat infeksi COVID-19 antara lain :

1. Pada umumnya penderita mengalami demam (suhu >38°C).

2. Disertai batuk dan juga pilek.

3. Setelah itu, gejala yang ditimbulkan yaitu kesulitan bernafas, sesak berat, lemas, nyeri otot, dan nyeri tenggorokan. Gejala tersebut umumnya muncul pada penyakit flu pada umumnya. Namun, pada flu biasa akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Adapun langkah yang dapat kita lakukan agar dapat mencegah meluasnya Virus COVID-19 ini antara lain:

1.    Tes, tes dan lebih banyak tes

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli yang ditanya oleh BBC Mundo sepakat bahwa deteksi cepat merupakan faktor utama dalam menahan penyebaran pandemi. Pengetesan memperlihatkan hasil yang lebih baik, sementara di tempat lain kasus meningkat dengan pesat.  

2.    Isolasi mereka yang terinfeksi

Pemeriksaan kesehatan tak hanya berujung pada isolasi mereka yang sakit dan mencegah virus berkembang lebih luas, tapi juga membuka jalan untuk mendeteksi kemungkinan infeksi yang belum berkembang menjadi gejala.

3.    Persiapan dan reaksi cepat

Salah satu elemen dasar untuk pengendalian virus adalah bertindak cepat sebelum penularan meluas di komunitas atau orang banyak.

4.    Jaga jarak (Social Distancing)

Ketika penularan pertama dilaporkan di sebuah komunitas, langkah pencegahan sudah sulit diterapkan. Maka langkah berikutnya, seperti menjaga jarak (social distancing), lebih efektif untuk mencegah pihak yang paling rentan terhadap penularan.

5.    Mempromosikan gaya hidup higienis

        Sejak wabah virus corona mulai dilaporkan terjadi di luar China, WHO berkeras menyarankan untuk jaga jarak, mencuci tangan secara rutin dan gaya hidup higienis guna mencegah penyebaran virus.


Demikian sedikit informasi mengenai COVID-19 serta cara pencegahannya.

Ingat "Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati!"



Cr: 

Mega Sarita ( A1A017084)

Rabu, 20 Mei 2020

Tips Mengelola Stres ditengah pandemi COVID-19 (bersama WHO kita lawan COVID-19)

Pemanfaatan Media Sosial sebagai sarana edukasi dan penyebaran Informasi terkait COVID-19 menjadi salah satu jalan alternative bagi masyarakat khususnya kita sebagai Mahasiswa ditengah pandemi COVID-19 yang kini sudah semakin mengkhawatirkan. Tingkat kecemasan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kasus positif Kasus Corona di Indonesia yang hampir mendekati 20.000 Kasus Positif COVID-19 diseluruh Indonesia.
Stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau suatu perubahan. Stres juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup, marah, atau bersemangat. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi kita. WHO (World Health Organization) selaku badan PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum Internasional membagikan beberapa tips dalam Mengelola Stress Akibat COVID-19. Semoga hal ini bermanfaat dan dapat kita terapkan agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Cr: 

Suci Rizki Ananda ( D1A017302)


Pembukaan dan Perkenalan sebagai peserta KKN Kebencanaan yang diselenggarakan oleh Universitas Mataram tahun 2020.

Assalamualaikum Wr. Wb
Sebagai salah satu dari program kerja kami dalam rangka Kegiatan KKN Kebencanaan dengan tema Tanggap COVID-19 yang diselenggarakan oleh Universitas Mataram, maka kami akan memperkenalkan Peserta KKN Kebencanaan di Desa Dalam dan Juranalas (Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa):

1. Nama : Suci Rizki Ananda.
Fakultas/Program Studi : Hukum/Ilmu Hukum.
NIM : D1A017302

2. Nama : Lalu Panji Lintang
Fakultas/Program Studi : Hukum/Ilmu Hukum
NIM : D1A017156

3. Nama : Mega Sarita
Fakultas/Program Studi : FEB/IESP
NIM : A1A017084

4. Nama : Iga Rahmah
Fakultas/Program Studi : Pertanian/Agribisnis
NIM : C1G017085

5. Nama : Fajri Riadi
Fakultas/Program Studi : Pertanian/Agroekoteknologi
NIM : C1M017034

perbedaan sakit kepala akibat migrain dengan covid19

  Jumlah kasus dan korban jiwa akibat virus corona terus bertambah di berbagai negara di dunia. Seiring perkembangan, gejala-gejala yang tam...